"Wajar kalo sering kecewa. Tandanya kamu ga bercanda menjalani peran"
Orang yang hidupnya penuh candaan, tidak mudah kecewa. Kejadian-kejadian yang telah berlalu, ia anggap lalu. Bahkan seringnya, itu ia lihat sebagai sesuatu yang lucu ketimbang masalah.
Kita tahu, masalah dan kelucuan punya sisi kemiripan. Ia menampilkan sesuatu yang tidak normal. Tidak sesuai dengan apa yang diidealkan atau keumuman.
Mari kita ambil contoh. Teman kita meminjam motor tanpa sepengetahuan kita. Padahal kita tahu dia tidak bisa mengendarai motor. Benar saja, dan akhirnya jatuhlah teman kita dari motornya.
Apa yang ada di benak kita? Marah, kecewa benci atau merasa lucu & kasihan?
Kalau fokus kita pada "tidak adanya persetujuan memakai barang milik kita" dan atau "rusaknya barang milik kita karena dipakai jatuh" tentu perasaan marah yang muncul. Jika yang digaris tebal adalah sikap kecerobohannya, kita akan menganggap itu sebagai kelucuan.
Point-nya ada pada keragaman perspektif. Persoalannya, tidak mudah untuk punya kapasitas menyediakan multi perspektif serta mengambil mana yang sesuai dengan yang kita kehendaki.
Perlu diingat bahwa pilihan untuk kecewa atau merasa lucu bukan soal salah dan benar. Punya kebiasaan menerima reaksi kecewa ketimbang lucu tidak lantas menjadikan kita buruk. Sekali lagi, "kecewa adalah tanda bahwa kita serius menjalani peran".
Kecewa-nya kita karena motor kita lecet atau rusak jelas beralasan. Ada pesan yang ingin kita tunjukkan di sana "akulah pemilik barang tersebut, akulah yang bertugas menjaganya". Sikap tanggung jawab itulah cermin keseriusan akan bagaimana peran yang seharusnya kita ambil terhadap barang milik kita.
Comments
Post a Comment
Sampaikanlah kesan Anda, dengan bahasa yang baik dan bermartabat. :)